Setiap datang ke sebuah kota tua, kita tidak hanya merasakan atmosfer ruang, tapi juga atmosfer waktu: sejarah ratusan tahun yang terekam pada bangunan.
Kota yang tua menyadarkan bahwa arsitektur memiliki aspek ruang dan waktu. Dalam perdebatan lebih luasnya lagi, ruang dan waktu — yang sifatnya sama-sama tidak terlihat — tidak dapat dipisahkan, saling berkaitan. Manusia membagi waktu di muka bumi ini berdasarkan pembagian garis bujur. Waktu dispasialkan. Kerap kali, untuk mengukur jarak antara dua tempat kita menggunakan ukuran waktu. Ruang ditemporalitaskan. Pengertian dan hubungan antara dua hal itu sangat beragam, mulai dari skala personal sampai kosmos dan praktis sampai filosofis.
Melalui Triennale Arsitektur UPH 2015, kami ingin mengangkat dua hal utama. Pertama melalui zona Suatu Waktu kami ingin mengungkap apa saja hubungan antara waktu dan ruang dalam arsitektur. Kedua melalui zona Kontinum Kota Tua, kami ingin mengungkap bagaimana paradigma tentang waktu menjadi pertimbangan desain pada Kota Tua Jakarta. Selain itu, ada beberapa zona lain sebagai pendukung tema, yaitu: zona Lorong Laju untuk menyadarkan pengunjung akan peran waktu melalui tempo gerak dan bunyi; zona Transisi untuk menyadarkan tempo dan durasi melalui gerak interaktif; zona Ruang Luang untuk menikmati waktu sekarang lewat berbagai aktivitas; dan terakhir zona Proyek Akhir untuk menunjukkan ujung dari proses belajar mahasiswa di universitas.
Dengan menyebut bahwa waktu adalah ruang kami ingin mengingatkan lagi peran waktu dalam ber-arsitektur khususnya dalam dunia akademik, di mana waktu terwujud dalam proses belajar. Melalui karya pamer dari mahasiswa semester awal sampai akhir, kita dapat melihat beragam peran waktu yang tercermin dari pemahaman mereka akan ruang.
Diterbitkan oleh Jurusan Arsitektur
Universitas Pelita Harapan
© 2015
Editor dan Kurator: Andreas Yanuar, Fiorent Fernisia, Robin Hartanto
Kontributor: Ahmad Djuhara, Akbar Yumni, Alvar Mensana, Ari Widio, Ary Indra, Andreas Yanuar, Carolina Djunaedi, David Hutama, Dani Hermawan, Denis Indramawan, Felia Srinaga, Fiorent Fernisia, Firman Herwanto, Greg Gegana, I Ketut Canadarma, Jacky Thiodore, Patrick Lim, M. Yusni Aziz, Monica Dewi Indrasari, Santoni, Shirleen Alvita, Setiadi Sopandi, Stanley Wangsadihardja, Susinety Prakoso, Undi Gunawan, Zuardin Akbar
Fotografer Karya: Krisvian Ruchtiana, William Sutanto
Desainer Grafis: Shirleen Alvita